MiG-25 |
MiG-25 |
Latar Belakang
Varian MiG-25 |
Dibutuhkan suatu upgrade yang besar dalam sistem pertahanan PVO, dan pada awal tahun 1958 mengeluarkan persyaratan untuk pesawat pencegat berawak yaitu kecepatannya harus mampu mencapai 3.000 km / h (1.864 mph) dan dengan ketinggian hingga 27 km (88.583 ft). Mikoyan dan Sukhoi merespons persyaratan tersebut.
Mikoyan-Gurevich OKB telah melakukan pengerjaan terhadap serangkaian pencegat pada paruh kedua tahun 1950-an, yaitu : I-1, I-3U, I-7U, I-75, Ye-150, Ye-150A, Ye-152, Ye-152A, Ye-152P, dan Ye-152M. Ye-150 adalah hal penting karena dibangun khusus untuk menguji mesin Tumansky R-15 , dua di antaranya kemudian akan digunakan untuk pesawat MiG-25. Ye-152M (dikonversi dari salah satu dari dua pesawat Ye-152 ) dimaksudkan untuk menjadi desain yang pasti dari pesawat pencegat kelas berat. Tapi sebelum hal itu selesai, PVO telah memilih Tupolev Tu-128.
Seri produksi dari dua varian awal, diberi nama MiG-25P ('Foxbat-A') (interseptor) dan MiG-25R ('Foxbat-B') (pesawat intai), dimulai pada 1969. MiG-25R mulai dioperasikan Angkatan Udara Soviet (VVS) segera setelah dimulai produksi, tetapi MiG-25P mulai beroperasi dengan PVO tertunda hingga 1972. Sebuah varian latih non-tempur juga dikembangkan untuk masing-masing versi, pada MiG-25PU ('Foxbat-C') dan MiG-25RU, masing-masing. MiG-25R melahirkan beberapa turunan, termasuk varian MiG-25RB bomber-intai, MiG-25RBS dan MiG-25RBSh dengan radar penglihatan-samping(SLAR), MiG-25RBK dan MiG-25RBF ELINT ('Foxbat-D'), dan varian MiG-25BM ('Foxbat-F') SEAD, yang memiliki kemampuan untuk meluncurkan rudal terhadap sasaran tanah, dan untuk menghancurkan target daerah, target dengan diketahui koordinat, dan radar musuh. The udara anti-radar Raduga Kh-58 (NATO codename AS-11 Kilter) rudal yang mampu menghancurkan radar musuh, seperti radar menargetkan Hawk-jenis sistem rudal pertahanan udara, di rentang stand-off. Kisaran peluncuran Kh-58 adalah dari 40-300km. Kh-58U rudal dikembangkan dan diproduksi oleh Raduga Engineering Design Bureau, Moskow..
Pesawat tempur-pencegat yang dimiliki oleh Uni Soviet pada saat itu tidak mampu melawan pesawat musuh secara efektif dalam hal kecepatan dan karakteristik kinerja ketinggiannya. Pesawat tempur MiG-21 dan Su-15 yang saat itu beroperasi sama sekali tidak sebanding dengan pesawat pembom strategis Valkyrie XB-70 ataupun pesawat pengintai SR-71 Lockheed berkecepatan tinggi yang memiliki kecepatan meluncur Mach 2,8. MiG-25 memiliki kecepatan tertinggi operasional mencapai Mach 2.83 (sebenarnya mampu menembus Mach 3.2 tetapi berisiko signifikan pada kerusakan pada mesin), dan dilengkapi dengan radar yang kuat dan empat rudal udara-ke-udara.
Para perancang MiG-25 sukses meningkatkan kecepatan pesawat hingga 3.000 kilometer per jam dan mencapai batas ketinggian 23.000 meter. Karena tekanan panas yang timbul dalam penerbangan di atas kecepatan Mach 2, MiG-25 tidak dapat dibuat dengan bahan tradisional aluminium alloys. Lockheed telah memakai titanium untuk seri pesawat YF-12 dan SR-71 dan Amerika Utara menggunakan bahan baja “honeycombed” (berbentuk sarang lebah) untuk XB-70, kedua perusahaan ini memang berjuang untuk penggunaan material modern ini. Mikoyan-Gurevich OKB membuat MiG-25 sebagian besar dari baja nikel alloy ("Inconel"), tetapi menggunakan sejumlah kecil titanium dan aluminium alloys khususnya di daerah-daerah rawan kerusakan akibat “drag” aerodinamis. Komponen baja dari MiG-25 yang dibentuk oleh kombinasi patri-titik, patri mesin otomatis dan metode patri busur tangan. Awalnya ada kekhawatiran bahwa sentakan pada saat pendaratan dapat menyebabkan logam patri retak, tetapi ternyata hal ini terbukti tidak terjadi dan keretakan yang terjadi selama program pengembangan dapat dengan mudah dipatri di lapangan.Dengan spesifikasi tersebut, karakteristik MiG-25 sebanding dengan Valkyrie. Namun, MiG-25 dan Valkyrie tidak pernah berhadapan satu sama lain karena Valkyrie tidak diproduksi secara massal.
Pesawat pencegat dengan performa Superior
MiG-25 |
Peralatan elektronik yang terdapat pada MiG-25 membuat pesawat ini menjadi pesawat pertama yang dapat diarahkan ke sebuah sasaran dalam mode semi-otomatis. Fitur ini sangat penting mengingat kemungkinan kecepatan mendekat yang bisa diantisipasi. Refleks manusia secara normal tidak akan mampu merespons dengan cukup cepat.
Bahan khusus tahan panas
Dalam kecepatan di atas Mach 2.5, struktur pesawat akan memanas secara signifikan hingga suhu mencapai 300 – 400 derajat Celcius. Akibatnya, tidak mungkin badan MiG-25 dibuat menggunakan bahan-bahan biasa. Salah satu pilihan bahan untuk badan pesawat ialah titanium, yang merupakan bahan yang digunakan oleh Amerika. Namun, para insinyur Rusia memilih menggunakan baja, yang akhirnya mencakup 80 persen berat total rancangan. Titanium dan campuran aluminium tahan panas digunakan untuk membuat bagian selain badan pesawat.
Pada struktur kerangka pesawat terdapat lima kilometer sambungan las dan 1.400.000 titik las. Hanya ada dua kebocoran bahan bakar kecil yang tidak signifikan yang diketahui dalam jangka setahun pengelasan, dengan panjang las total 450 kilometer. Hal ini menunjukkan kualitas pengerjaan yang sangat baik.
Penggunaan bahan khusus ternyata berdampak hebat secara mengejutkan dan tidak diperkirakan yakni pengelasan dapat dilakukan pada lapis keras (hard standing) itu sendiri.
Menimbulkan Kekhawatiran bagi Amerika
Pengembangan MiG-25 dan program uji cobanya dilakukan secara sangat rahasia. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia pada 9 Juli 1967 dalam sebuah acara penerbangan untuk merayakan Hari Angkatan Udara di Domodedovo. Empat pesawat tempur terbang di atas penonton pada ketinggian rendah. Komentator mengumumkan bahwa inilah pesawat tempur baru yang mampu melesat dengan kecepatan 3.000 kilometer per jam.
Munculnya MiG-25 memicu kekhawatiran serius dan menjadi berita besar bagi dunia Barat, dan tentunya bukan berita yang bagus, Rapat luar biasa pun digelar oleh Kongres Amerika Serikat. Rapat tersebut mendukung dimulainya pengerjaan pesawat tempur-pencegat kelas baru F-14 dan F-15. Kedua pesawat ini membawa desain ekor kembar, seperti MiG-25, tetapi memiliki kelemahan dalam kecepatan dan ketinggian.
Pengkhianatan Letnan Dua Viktor Belenko
Pada September 1976, Letnan Dua Viktor Belenko menerbangkan sebuah MiG-25P dari pangkalan udara di Timur Jauh ke Jepang dan mendarat di Pulau Hokkaido, tempat ia meminta suaka politik. Pesawat tersebut kemudian dengan hati-hati dibongkar dan dianalisa oleh Divisi Teknologi Asing (sekarang disebut Intelijen Udara dan Ruang Angkasa Nasional) dari Angkatan Udara Amerika Serikat, di Pangkalan Udara Wright-Patterson., dari hasil analisa tersebut kemampuan dari MiG-25 yang lebih baik dipahami dan ditemukan bahwa ternyata berat pesawat ini mengharuskan sayap yang besar, teknologinya tidaklah sehebat yang diinformasikan, bahkan beberapa komponennya disebut-sebut masih menggunakan lampu tabung (vacuum tube), belum menggunakan transistor. Namun, tabung vakum memiliki kelebihan tersendiri, yaitu lebih mudah dirawat, lebih tahan suhu ekstrim, dan lebih tahan terhadap serangan gelombang elektromagnetik. Analisis lebih lanjut mengungkapkan desain sederhana tetapi sangat fungsional dengan peralatan elektronik tabung-hampa, dua mesin turbojet besar, dan penggunaan bahan canggih seperti titanium. Seri pesawat MiG-25 telah diproduksi sebanyak 1.190. MiG-25 dioperasikan oleh sejumlah sekutu Soviet dan negara-negara bekas Republik Soviet dan hingga sekarang masih beroperasi dalam jumlah terbatas di Rusia dan beberapa negara-negara lain. Setelah 67 hari, pesawat tersebut dikembalikan dalam bentuk terpisah-pisah setelah diminta oleh Kementerian Luar Negeri Soviet.
Analisa yang dilakukan oleh para ahli dari Amerika tersebut menunjukkan beberapa fakta yang mengejutkan:
- Pesawat terbang milik Belenko ini sangat mewakili teknologi terbaru Soviet.
- Pesawat ini dirakit dengan cepat, dan pada dasarnya dibuat dengan mesin turbojet Tumansky R-15(B) yang besar.
- Welding yang dilakukan dengan tangan dan konstruksinya relatif kasar dan sederhana. Seperti pada kebanyakan pesawat Soviet lain, “Rivet Head” (Kepala Keling) dibiarkan terbuka di daerah-daerah yang tidak akan dipengaruhi drag aerodynamis.
- Pesawat dibuat dari baja nikel alloy dan tidak menggunakan titanium seperti yang diasumsikan sebelumnya (meskipun titanium digunakan di beberapa daerah panas-kritis). Konstruksi baja yang dipakai memberi tambahan berat 64.000 lb (29.000 kg) pada pesawat (tanpa persenjataan).
- Mayoritas teknologi avionik yang dipakai berbasis pada teknologi tabung-hampa, peralatan elektronik non-padat. Walaupun terlihat kuno, ternyata tabung-hampa lebih toleran terhadap temperatur ekstrem, sehingga tidak perlu membuat lingkungan kontrol kompleks dalam ruang peralatan avionik. Selain itu, tabung-hampa dapat dengan mudah digantikan dengan transistor yang lebih canggih yang saat itu belum tersedia. Seperti pada kebanyakan pesawat Soviet lain, MiG-25 dirancang sekokoh mungkin. Selain itu, penggunaan tabung-hampa membuat pesawat ini labih tahan terhadap pulsa elektromagnetis, misalnya setelah ledakan nuklir.
- Dengan penggunaan tabung-hampa, the MiG-25P Smerch-A orisinil (Tornado, NATO memberi nama 'Foxfire') radarnya memiliki kekuatan besar-sekitar 600 kilowatts.
- Indikator kecepatannya yang telah diberi garis merah pada Mach 2,8; dengan kecepatan yang dianjurkan Mach 2,5 untuk memperpanjang umur mesin. Sebuah MiG-25 milik Mesir telah terlacak berada di atas Israel dengan kecepatan Mach 3,2 pada tahun 1973, namun penerbangan itu mengakibatkan kerusakan pada mesinnya.
- Tingkat akselerasi maksimum (g-load) adalah 2,2 g (21,6 m/s²) dengan tangki bahan bakar, dengan batas mutlak 4,5 g (44,1 m/s ²). Sebuah MiG-25 pernah mencapai 11,5 g (112,8 m/s ²) selama pelatihan dogfight ketinggian-rendah, namun mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki karena deformasi airframe.
- Radius tempur pesawat ini 186 mil (300 km), dan jarak tempuh maksimum dengan bahan bakar internal (pada kecepatan subsonik) hanya 744 mil (1200 km), terbukti Belenko hampir kehabisan bahan bakar ketika mendarat di Jepang, bahan bakar tidak cukup mendarat secara hati-hati, dia juga hampir menabrak pesawat komersial yang sedang lepas landas, dan pendaratannya melebihi panjang landasan pacu.
Pengkhianatan Belenko memang memberikan masalah yang besar bagi Uni Soviet. Namun, kejadian itu membuka jalan untuk memperbaiki efektivitas tempur pesawat pencegat tersebut. Semua peralatan elektronik pada pesawat diganti karena kemungkinan rahasia pengoperasiannya telah dikenali musuh. Soviet melakukan pengembangan yang dimulai pada 1978, hasilnya MiG-25PD (Foxbat-E), dengan radar RP-25-Saphir baru, sistem pencari dan pemandu inframerah (IRST), dan mesin yang lebih kuat. Sekitar 370 MiG-25Ps diupgrade menjadi standar MiG-25PDS.
Pesawat tempur tersebut lalu dilengkapi dengan sistem pencarian dan pelacakan sasaran yang lebih modern dan diberi nama MiG-25PD.
Sekitar 1.186 MiG-25 dibuat sebelum produksi berakhir pada 1984, dan telah diekspor ke Aljazair, Bulgaria (3 MiG-25R dan 1 MiG-25RU sampai 1992), India (sampai 2006), Irak, Libya, dan Syria. Beberapa pesawat ini masih beroperasi hingga sekarang.
MiG-25 |
Perang Mesir-Israel
Sebelum memasuki masa operasional, empat MiG-25R sementara beroperasi secara rahasia untuk AU Mesir pada tahun 1971 dan diberi kode "X-500". Keempatnya mempunyai tanda EAF. Mereka pernah terbang secara berpasangan di atas Israel sekitar 20 kali. Pada 1973, sebuah MiG-25 milik Mesir mencapai kecepatan Mach 3,2 ketika dikejar oleh F-4E Israel. Angkatan Udara Israel tidak mungkin mengejar mereka, walaupun intelijen Israel sudah tahu jadwal penerbangan di atas wilayah udaranya. MiG-25R akhirnya dikembalikan ke Soviet pada tahun 1972, walaupun pesawat intai Foxbats dikirim kembali ke Mesir pada bulan Oktober 1973, setelah Perang Yom Kippur, dan tetap di Mesir hingga 1974. Sebelum kedatangan F-15 Eagle, Angkatan Udara Israel tidak memiliki kemampuan untuk melawan MiG - 25 .
Kol. Aleksandr V. Drobyshevsky, mengkonfirmasikan bahwa setidaknya satu pilot Soviet dengan MiG-25 USSR "Foxbat", melakukan penerbangan pengintaian dari Mesir ke Israel pada tahun 1967, sebelum Perang Enam Hari.
Perang Iran-Irak
MiG-25 berdinas dalam Angkatan Udara Irak selama Perang Iran-Irak. Pada 19 Maret 1982 F-4E Iran rusak parah oleh rudal yang ditembakkan oleh MiG-25 Irak. Pada bulan Februari 1983, seorang pilot MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah C -130 Iran. Pada bulan April 1984, MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah F-5E Iran . Pada 21 Maret 1984, MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah F-4E Iran dan pada 5 Juni 1985 seorang pilot MiG-25PD Irak menembak jatuh dua F-4E Iran . Pada tanggal 23 Februari 1986, seorang pilot MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah EC-130E Iran dan RF-4E pada tanggal 10 Juni , kemudian pada Oktober 1986, seorang pilot MiG-25PDS Irak menembak jatuh dua RF-4E Iran.
Kolonel Mohammed Rayyan adalah pilot MiG-25 Irak yang paling sukses dalam perang, yang membukukan dengan 10 kills. Delapan dari mereka saat ia menerbangkan MiG-25P dari tahun 1981 sampai 1986. Pada tahun 1986, setelah mencapai pangkat Kolonel, Rayyan ditembak jatuh dan terbunuh oleh F-14s Iran . Dalam sebagian besar pertempuran udara, pilot Irak menggunakan rudal R-40.
Pada tanggal 3 Mei 1981, seorang pilot MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah Gulfstream III Aljazair . Pada Oktober 1986 , MiG-25PD Irak menembak jatuh sebuah MiG-21RF Suriah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh wartawan Tom Cooper, setidaknya 10 MiG-25 (9 pengintai dan 1 fighter) mungkin telah ditembak jatuh oleh F-14 Iran (salah satu dari mereka bersama dengan F-5) selama perang Iran-Irak. Irak mengkonfirmasi hanya menderita kerugian tiga MiG-25 (akibat tembakan dari darat dan pertempuran udara)
Perang Teluk Persia
F/A-18 milik AL AS yang dipiloti oleh Let. Cdr. Scott Speicher tertembak oleh misil udara-ke-udara roket yang ditembakkan oleh MiG-25 pada malam pertama perang. Menurut catatan misil tersebut adalah R-40DT yang ditembakkan dari MiG- 25PDS yang diterbangkan oleh Lt. Zuhair Dawood dari skuadron 84 AU Irak ( IQAF).
Selanjutnya, dalam kejadian lain, sebuah MiG-25PD Irak, setelah menghindari delapan F-15 AU AS, menembakkan tiga misil ke pesawat “electronic warfare” EF-111 Raven, memaksa F-15 AU AS untuk membatalkan misi mereka. Hal ini yang kemudian menyebabkan tertembaknya sebuah F-15 oleh misil ke permukaan-ke-udara, karena tidak adanya pelacak elektronik.
Dalam insiden lain, dua MiG-25 mendekati sepasang F-15, menembakkan misil (yang dihindari oleh F-15), dan kemudian melarikan diri. Dua F-15 bergabung dalam pengejaran, dan total sepuluh misil udara-ke-udara ditembakkan ke MiG-25, walaupun sama sekali tidak ada yang mencapai sasaran. Menurut sumber yang sama, setidaknya satu F-111 juga dipaksa untuk membatalkan misinya oleh MiG-25 pada 24 jam pertama saat peperangan, saat serangan udara di atas Tikrit.
Dua MiG-25 tertembak oleh F-15C milik AU AS selama Perang Teluk. Setelah perang, pada tahun 1992, F-16 AS ditembak jatuh MiG-25 Irak karena melanggar zona larangan terbang di Irak selatan.
Konflik India-Pakistan
Pada Mei 1997, MiG-25RB AU India terdeteksi terbang dengan kecepatan lebih dari Mach 3 pada ketinggian setidaknya 65.000 kaki, di atas wilayah Pakistan. Diyakini bahwa hal ini disengaja oleh Angkatan Udara India untuk menunjukkan bahwa kemampuan dari MiG-25 tidak dapat diatasi oleh Angkatan Udara Pakistan.
Perang Irak
Pada tanggal 23 Desember 2002, sebuah MiG-25 milik Irak menembak jatuh UAV MQ-1 Predator milik AU AS, yang melakukan pengintaian bersenjata di Irak. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah sebuah pesawat tak berawak terlibat dalam pertempuran. Predator telah dipersenjatai dengan misil udara-ke-udara AIM-92-Stinger, dan digunakan untuk "menyerang" pesawat tempur Irak. Dalam kejadian ini, Predator menembakkan salah satu Stinger-nya, tetapi meleset, sedangkan misil yang ditembakkan MiG-25 mengenai sasaran.
Tidak ada pesawat Irak yang digunakan dalam invasi 2003, sebagian besar disembunyikan atau dihancurkan di daratan. Pada bulan Agustus 2003, beberapa lusin pesawat Irak telah ditemukan terkubur di pasir, terdiri dari dua MiG-25 yang diangkat dan dikirim ke Divisi Teknologi Asing WPAFB menggunakan C-5B Galaxy. Pada Desember 2006, satu MiG-25 telah disumbangkan ke Museum Nasional Angkatan Udara Amerika Serikat di Dayton, Ohio.
Beberapa MiG-25 Yang Selamat
- MiG-25PD Red 49 (c / n N84008895) dipamerkan di Museum Pusat Angkatan Bersenjata, Moskow, Rusia.
- MIG-25R (s / n KP355) dipamerkan di Museum Angkatan Udara India di Palam, New Delhi dan dua pesawat latih MiG-25U (s / n DS361 dan DS362) yang disimpan di Kalaikunda Air Force Station di Distrik Midnapore Barat Bengal, India.
- Usaha perbaikan MiG-25RB (s/n 2505) dilakukan di fasilitas Museum Nasional Angkatan Udara Amerika Serikat di Dayton, Ohio. Pesawat ini ditemukan pada tahun 2003 oleh pasukan Amerika terkubur di dalam pasir dekat Pangkalan Udara Al Taqaddum, sekitar 250 km di sebelah barat Baghdad, pada bulan pertama Operasi Kebebasan Irak. Banyak pesawat terbang dikuburkan untuk mencegah kerusakan akibat serangan pasukan AS. Ketika ditemukan MiG-25RB itu tidak lengkap, sayap tidak dapat ditemukan. Pesawat ini merupakan salah satu dari dua MiG-25 yang diangkut oleh C-5A Galaxy dari Irak ke Pangkalan Angkatan Udara Wright-Patterson untuk penyelidikan. Pesawat disumbangkan ke Museum Nasional Amerika Serikat Air Force pada tahun 2006.
- MIG-25RBsh dibeli oleh Yayasan Eesti Lennundusmuuseum pada tahun 2016 dari pengusaha swasta di Finlandia, yang telah membelinya dari Rusia setelah bubarnya Uni Soviet. Pesawat ini ditampilkan sebagai bagian dari eksposisi museum di Tartumaa, Estonia sejak Juni 2016.
Libya
Libya adalah pengguna utama dari MiG-25 karena mengimporr 96 unit MiG-25PD interseptor, MiG-25PU latih dan pesawat pengintai MiG-25RBK di akhir 1970-an dan awal 1980-an.
Sepanjang tahun 1980, Libya berhadapan dengan Amerika Serikat atas beberapa klaim perpanjangan teritorial perairannya. Insiden ini menimbulkan sejumlah konflik seperti yang terjadi selama insiden Teluk Sidra (1981) dengan MiG-25 Libya ikut ambil bagian di dalamnya. Pada tahun-tahun berikutnya, armada MiG-25 Libya kurang dalam pemeliharaan dan perawatan.
Pada tahun 2014 dan 2015, pasukan Libya di bawah New General National Congress menggunakan beberapa MiG-25 yang disimpan sebelum perang saudara tahun 2011 untuk memerangi pasukan pemerintah Libya.
Pada tanggal 6 Mei 2015, MiG-25PU New General National Congress jatuh di dekat Zintan saat menyerang bandara sipil yang dikendalikan oleh pemerintah Libya, pilot berhasik ditangkap.
Rekor Ketinggian yang dicapai tak terkalahkan
MiG-25 |
MiG-25 yang telah mampu menunjukkan kinerja tinggi, termasuk kecepatan maksimum Mach 3,2 dan ketinggian maksimum 90.000 kaki (27.000 m), meskipun pada Aug 31, 1977, sebuah pesawat E-266M, yang secara khusus dimodifikasi dari Foxbat, diterbangkan Pilot Uji MiG OKB Alexander Fedotov, membuat rekor ketinggian untuk pesawat yang terbang dengan tenaga sendiri, mencapai ketinggian 123.523,62 kaki (37.650 m) di Podmoskovnoye, USSR. Rekor ini adalah satu-satunya rekor yang diakui tidak dipegang oleh pilot dari Amerika Serikat. Walaupun dibuat sebagai pesawat interseptor altitud-tinggi dan kecepatan-tinggi, tetapi pesawat MiG-25 sangat terbatas tingkat manuverabilitas, jarak terbang, dan potensi pertempuran jarak dekatnya sangat terbatas. Bahkan kecepatan tingginya juga bermasalah, walaupun telah tersedia tenaga dorong yang cukup untuk mencapai Mach 3,2; terdapat batasan kecepatan Mach 2,8 untuk menghindari kecepatan berlebih pada turbin dan cenderung overheat pada kecepatan yang terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Walaupun terdapat keterbatasan dan kekurangan semacam ini, ketidakakuratan analisa intelijen dan beberapa asumsi yang salah menyebabkan kepanikan di dunia Barat, dimana pada awalnya dipercaya bahwa MiG-25 merupakan pesawat tempur yang gesit, daripada pesawat interseptor “stand-off”. Sebagai tanggapan dari kepanikan dunia Barat, Amerika Serikat kemudian meluncurkan program baru yang ambisius, yang menghasilkan McDonnell-Douglas F-15 Eagle.
Beberapa Varian MiG-25 :
-Ye-155-R1
-Ye-155-P1
-MiG-25R
-MiG-25P
-MiG-25RU
-MiG-25PU
-MiG-25RB
-MiG-25RBS
-MiG-25RBK
-MiG-25BM
-MiG-25PD
-MiG-25PDS
Beberapa Negara Operator MiG-25 :
- Aljazair
- Armenia
- Azerbaijan
- Kazakhstan
- Rusia
- Suriah
- Turkmenistan
Spesifikasi (MiG-25PD 'Foxbat-E')
MiG-25 |
Panjang : 23.82 m (78 ft 2 in)
Rentang sayap : 14.02 m (45 ft 11.5 in)
Tinggi : 6.10 m (20 ft 0.25 in)
Luas sayap : 61.4 m² (661 ft²)
Berat kosong : 20,000 kg (44,080 lb)
Berat lepas landas normal : 36,720 kg (80,950 lb)
Sumber tenaga : dua Tumansky R-15BD-300 turbojet, masing-masing 110 kN (24,700 lbf) dorongan afterburning
Kecepatan maksimum : 3.000 km/j (1.865 mph, Mach 2,83) (engine redline-limited)
Radius perang : 860 km (537 mi)
Ferry range : 2,575 km (1,609 mi)
Kecepatan menanjak : 12,480 m/min (40,950 ft/min)
Service ceiling : 20,700 m (67,915 ft)
Muatan sayap : 598 kg/m² (122.5 lb/m²)
Rasio dorong : berat : 0.61:1
Persenjataan : four wing pylons for four Bisnovat R-40 (AA-6 'Acrid') misil udara-ke-udara; atau, dua Vympel R-23 (AA-7 'Apex') dan empat Molniya R-60 (AA-8 'Aphid') atau R-73 (AA-11 'Archer')
Tipe : Pencegat dan pengintai
Terbang perdana : 6 Maret 1964
Diperkenalkan : 1970
Status : Aktif secara terbatas
Pengguna utama : Uni Soviet/Rusia
Jumlah produksi : 1.190 Unit
Varian : Mikoyan MiG-31
sumber :
- en.wikipedia.org
- indonesia.rbth.com
- wp.scn.ru
Like the Post? Share with your Friends:-
sangat menarik
ReplyDelete