KRI Malahayati (362) |
KRI Malahayati 361 ini tergolong canggih, dengan dilengkapi radar Racal Decca ARPA BridgeMaster250 untuk surface search dan
Signaal DA05 untuk udara dan radar pemandu tembakan Signaal WM 28. Diakurasikan pula oleh sistem sonar Signaal PHS 32 (Hull Mounted), sistem pengecoh 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy dan pemandu tembakan optronik dari jenis Liod Mk1.
Nama Malahayati disematkan pada kapal ini untuk mengenang seorang laksamana perempuan pertama di dunia modern yang berasal dari Aceh, nama aslinya adalah Keumalahayati, putri dari Laksamana Mahmud Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah. Kakeknya adalah putra Sultan Salahuddin Syah yang memimpin Aceh pada 1530-1539, sedangkan ayahnya adalah seorang laksamana, tak heran jika kemudian Malahayati akrab dengan dunia angkatan laut.
Selain itu, Malahayati mendapat pendidikan akademi militer dan memperdalam ilmu kelautan di Baital Makdis, (pusat pendidikan tentara Aceh) dan Malahayati bertemu dengan seorang perwira muda yang kemudian menjadi pendamping hidupnya. Dalam suatu pertempuran di Teluk Haru melawan Portugis, armada Aceh sukses menghancurkan Portugis. Tetapi dalam pertempuran tersebut sekitar seribu orang Aceh gugur, termasuk Laksamana yang adalah suami Malahayati.
Kemudian Malahayati membentuk sebuah armada yang anggotanya terdiri dari para janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis. Dalam perkembangannya banyak gadis-gadis juga ikut bergabung. Armada ini dikenal dengan nama Inong Balee atau armada perempuan janda. Armada ini pangkalannya berada di Teluk Lamreh Krueng Raya ini memiliki 100 kapal perang dengan kapasitas 400-500 orang. Tiap kapal perang dilengkapi dengan meriam. Bahkan kapal paling besar dilengkapi lima meriam.
Dua kapal dagang Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman datang mengunjungi Aceh Pada Juni 1599. Kedatangan mereka disambut baik oleh Sultan dengan upacara kebesaran dan perjamuan. Namun setelah itu timbul ketegangan dan konflik, hingga timbul peperangan melawan Belanda pada September 1599. Sejumlah orang Belanda terbunuh, termasuk Cornelis de Houtman yang dibunuh oleh panglima armada Inong Balee, Malahayati, dengan rencongnya.
tidak hanya seorang panglima perang, Malahayati juga seorang diplomat. Saat itu setelah pertempuran melawan armada Belanda, hubungan Aceh dan Belanda sempat tegang. Prins Maurits, yang memimpin Belanda saat itu berusaha memperbaiki hubungan. Maka dikirim utusan ke Aceh, dan Malahayati ditugaskan oleh Sultan untuk melakukan perundingan-perundingan awal dengan utusan Belanda, hingga tercapai sejumlah persetujuan.
Atas keberaniannya Malahayati mendapat gelar laksamana hingga ia lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
KRI Malahayati (362) adalah sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980 khusus untuk TNI-AL dan bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan antikapal permukaan, antikapal selam dan antipesawat udara. Termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Malahayati antara lain KRI Fatahillah (361) dan KRI Nala (363).
KRI Malahayati (362) |
Data teknis
KRI Malahayati memiliki berat 1.450 ton dengan dimensi 83.85 meter x 11.1 meter x 3.3 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 boost gas turbine 22.360 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot. Diawaki oleh maksimal 82 pelaut.
KRI Malahayati (362) |
KRI Malahayati dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :
- 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan [Aerospatiale] MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 Km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
- 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120mm (4.7 inchi) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 Km dengan sistem pemandu tembakan Signaal WM28 di haluan
- 1 meriam Bofors 40 mm di buritan
- 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
- 12 torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
- Mortir anti kapal selam Bofors 375mm laras ganda.
Sensor dan elektronis
KRI Malahayati dilengkapi radar Racal Decca ARPA BridgeMaster250 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Radar pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menggunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy. Electronic Support Measures (ESM) dari tipe DR-3000 (Dalam proses pemasangan) menggantikan Susie yang telah uzur. Pemandu tembakan optronik dari jenis Liod Mk1.
KRI Malahayati (362) |
Builder : Wilton-Fijenoord, Schiedam, Netherlands
Laid down : 28 July 1977
Launched : 19 June 1978
Commissioned : 21 March 1980
Status : in active service
General characteristics :
Class and type : Fatahillah-class frigate
Displacement :
- 1,160 long tons (1,180 t) standard
- 1,450 long tons (1,470 t) full load
- Length: 83.85 m (275 ft 1 in)
Beam : 11.10 m (36 ft 5 in)
Draught : 3.30 m (10 ft 10 in)
Propulsion :
- Combined diesel or gas, 2 shafts
- 1 × Rolls-Royce Olympus TM-3B gas turbine, 16,670 kW (22,360 shp) or
- 2 MTU 16V956 TB81 diesel engines, 8,000 bhp (6,000 kW)
Speed:
- 30 kn (56 km/h; 35 mph) (gas turbines)
- 21 kn (39 km/h; 24 mph) (diesels)
Range : 4,250 nmi (7,870 km; 4,890 mi) at 16 kn (30 km/h; 18 mph)
Complement : 82
Armament :
- 1 × Bofors 120 mm (4.7 in) Gun
- 1 × Bofors 40 mm anti-aircraft gun
- 2 × 20 mm cannon
- 4 × Exocet MM 38 anti-ship missiles (the missiles might be removed due to obsolete)
- 2 × Bofors 375 mm anti-submarine mortars
- 2 × Mk 32 launchers for 324 mm torpedoes
Sumber :
-en.wikipedia.org
- malahayati.ac.id
- tnial.mil.id
Like the Post? Share with your Friends:-
0 comments:
POST A COMMENT