F-22 RAPTOR |
adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Sedangkan mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, pelatihan pilot dan perawatan.
Sejarah
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk menghadapi dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
F-22 RAPTOR |
YF-22 'Lightning II'
YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi dengan beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya. Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lightning II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan Super Star and Rapier. Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lightning II pada 7 Juli 2006.
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototipe pertama YF-22 jatuh ketika akan mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Tes pilot, Tom Morgenfeld, selamat tanpa mengalamai luka. Penyebab jatuhnya pesawat ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.
F-22 RAPTOR |
Produksi
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Pada 20 Desember 2004, F-22 versi produksi jatuh dan hancur saat lepas landas, tetapi pilot berhasil selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.
F-22 RAPTOR |
Perubahan Nama
Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.
Pada September 2002, nama Raptor dirubah menjadi F/A-22 oleh petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat. Penamaan yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mengangkat citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, karena terjadinya perdebatan yang di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 nama F-22A secara resmi mulai dipakai.
F-22 RAPTOR |
Pembelian
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan. Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan pengurangan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat, pada awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan secara de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini gambaran total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah pesawat yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan pada masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara membeli 100 buah tambahan F-22, harga tiap pesawat akan kurang dari $117 juta dan harga diperkirakan akan terus jatuh seiring dengan tambahan pembelian pesawat.
Sebenarnya F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada, sebelumnya ada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per unit, walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya menjadi melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan akan menjadi lebih rendah.
F-22 RAPTOR |
Ciri-ciri
Desain
Konstruksi F-22 39% titanium, 24% komposit, 16% aluminium dan 1% thermoplastik berat. Titanium digunakan untuk rasio tinggi kekuatan-to-weight di daerah tegangan kritis, termasuk beberapa bulkheads, dan juga untuk kualitas tahan panas di bagian yang panas dari pesawat.
Komposit serat karbon telah digunakan untuk frame pesawat, pintu, spar menengah di sayap, dan untuk panel kulit konstruksi sandwich sarang lebah .
F-22 RAPTOR |
Kokpit
Kokpit F-22 adalah satu dari yang pertama kali menggunakan kokpit äll-glass"bagi pesawat tempur, merupakan sebuah revolusi bagi ruang untuk pilot, dirancang untuk pilot menjadiseorang yang taktis, bukan hanya operator sensor.
GEC-built Head-Up Display (HUD) menawarkan bidang pandang yang lebar (30 derajat secara horizontal dan 25 derajat secara vertikal) dan berfungsi sebagai instrumen penerbangan utama untuk pilot.
Kokpit dilengkapi dengan kontrol Hands-On Throttle and Stick (HOTAS) seperti pada F-16 dan dua throttle kontrol penerbangan utama pesawat. Kedua tingkat dan throttle adalah alat kontrol yang digunakan selama pertempuran udara. Untuk mendukung kebutuhan pilotgrip tersebut berisi tombol dan switch untuk mengendalikan lebih dari 60 fungsi fungsi kritis dalam waktu yang berbeda. Tombol-tombol tersebut digunakan untuk mengendalikan serangan (penargetan dan pelepasan senjata) dan sistem pertahanan (meskipun flares dan yang lainnya bisa beroperasi dengan cara manual maupun otomatis) serta manajemen display. Kokpit memiliki enam panel liquid crystal display (LCD). Informasi ini hadir dalam warna penuh dan sepenuhnya dapat dibaca di bawah sinar matahari langsung. Layar multifungsi proyeksi primer Kaiser Electronics memberikan penglihatan di udara dan situasi taktis darat termasuk identitas ancaman, prioritas ancaman dan informasi pelacakan.
Dua display menyediakan komunikasi, navigasi, identifikasi dan informasi penerbangan. Tiga menampilkan sekunder menunjukkan ancaman udara dan darat, manajemen penyimpanan dan informasi ancaman udara.
Head-up display (HUD) BAE Systems menunjukkan status sasaran, status senjata, sampul senjata dan tembakan isyarat.
F-22 RAPTOR |
Pergerakan
Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya lebih dari Mach 2,0 (2.120 km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok dengan tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev, dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°. Ketinggian terbang juga mempengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut adalah kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain.
F-22 RAPTOR |
Avionik
F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA, dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan mampu melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan untuk mengganggu pesawat lawan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar. Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan rencana akan dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.
F-22 memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint. Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan bisa mengetahui pesawat apa yang sedang menjadi target pesawat kawan, jadi bisa mengatur agar antara pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394), yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II
F-22 RAPTOR |
Persenjataan
Sebuah varian dari meriam M61A2 Vulcan dipasang secara internal atas asupan udara yang tepat. Sistem penanganan amunisi General Dynamics linkless memegang 480 putaran amunisi 20mm dan feed pistol pada tingkat 100 putaran per detik.
F-22 memiliki empat cantelan di sayap, masing-masing dirancang untuk membawa 2.270 kg, yang dapat membawa AIM-120A AMRAAM atau tangki bahan bakar eksternal. Raptor memiliki tiga lekukan untuk senjata internal. Lekukan untuk senjata utama dapat membawa enam rudal AMRAAM AIM-120C atau dua AMRAAM dan dua £ 1000 GBU-32 Joint Direct Attack Munition (JDAM).
Juga dilengkapi dengan peluncur ejeksi vertikal EDO Corp LAU-142 / A AVEL AMRAAM yang merupakan sistem ejeksi pneumatik yang dikendalikan oleh sistem manajemen. Rudal udara-ke-udara Raytheon AMRAAM adalah rudal untuk segala cuaca jarak pendek-menengah untuk radar fire-and-forget. Lekukan samping masing-masing dapat dimuat dengan satu Lockheed Martin / Raytheon AIM-9M atau rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9X Sidewinder.
GPS terpandu, small diameter bom (SDB) Boeing yang telah terintegrasi pada F/A-22 pada Februari 2007. Delapan NaDBS dapat dilakukan dengan dua rudal AMRAAM.
F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengurangi kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan dan kelincahannya jika digunakan. Sebagai senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.
F-22 RAPTOR |
Kemampuan siluman
F-22A menawarkan siluman penuh, tidak seperti F-35 yang memiliki profil radar yang sangat baik dari depan, profil yang kurang tersembunyi dari sisi, dan profil paling tersembunyi dari seperempat bagian belakang.
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi oleh radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi. F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk. Dan tidak seperti pesawat pembom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar yang biasa. Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandai kapan jejak radar pesawat tersebut sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan perbaikan dan perawatan.
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar, diperkirakan ini adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.
Super Manuver
Kemampuan yang disebut thrust vectoring pada Mesin F119 dapat langsung mendorong 20 derajat ke atas atau bawah menggunakan nozel yang bergerak . Bahwa perubahan keterbatasan aerodinamis pesawat, memungkinkan tinggi-g berubah lebih ketat dan lebih berkelanjutan, dan kemampuan untuk tiba-tiba menunjuk pesawat ke target, dengan cara yang sulit untuk diprediksi pesawat lain.
F-35 Lightning II Amerika Serikat tidak menggunakan thrust vectoring tempur, mengandalkan hanya pada elektronik melalui sensor DAS EO datalink yang tertanam dan rudal pada target 360 derajat.
Radar
Radar AN/APG-77 telah dikembangkan untuk F-22 oleh Sensor Elektronik dan Sistem Divisi Northrop Grumman dan Sistem Elektronik Raytheon. Radar menggunakan AESA 2.000 untuk pemancar / menerima modul, yang menyediakan kelincahan, penampang radar rendah dan bandwidth yang lebar. Pengiriman AN/APG-77 dimulai pada Mei 2005.
Radar AN/APG-77 Northrop Grumman menggunakan hard-to-detect "frekuensi tangkas" balok yang sangat sulit bagi musuh untuk "melihat". Radar Active electronik Scanned Array (AESA) menjadi lebih umum pada pesawat tempur, karena peningkatan kehandalan, kekuatan, dan fleksibilitas mereka. F-35 akan membawa lebih kecil tetapi mirip AN/APG-81. Kemampuan AESA masa depan juga dapat mencakup peperangan elektronik dan komunikasi dengan bandwidth tinggi.
Sensor Tertanam + Sensor Fusion
Tujuannya adalah supaya pilot lebih fokus untuk menghadapi musuh pada saat pertempuran udara, daripada mengurusi pesawat. Sekarang, pesawat tempur memiliki beberapa sensor dan berbagi link informasi , dengan hanya menekan tombol yang ditunjukkan untuk beralih kembali dan sebagainya. Pusat Prosesor Terpadu (CIP) F-22 menawarkan setara dengan 2 superkomputer, yang digunakan untuk "sensor fusion" yang bertujuan untuk menempatkan semua informasi pesawat yang terkumpul menjadi satu tampilan sederhana. Hal ini sangat meningkatkan kemampuan deteksi pertama, bahkan dengan radar off, dan kombinasi dengan sensor fusi berarti bahwa F-22 pilot hampir pasti tahu di mana lawan mereka berada.
F-35 menggunakan elektronik internal yang lebih modern, dan sensor array yang lebih luas. Termasuk sensor infra merah dan TV yang dapat digunakan untuk menargetkan musuh baik di udara maupun darat di tingkat yang sama dengan IRST (Infra Red Search and Track) sistem udara-ke-udara .
Countermeasure / Penanggulangan
Sistem peperangan elektronik pesawat termasuk penerima peringatan radar dan informasi detektor peluncuran rudal BAE Systems & sistem peperangan elektronik (IEWS) (sebelumnya Lockheed Martin Sanders).
Navigasi dan Komunikasi
Komunikasi TRW CNI, navigasi dan sistem identifikasi mencakup datalink intra-flight, Link Joint Tactical Information Distribution System (JTIDS) dan sistem identifikasi teman atau musuh / Identification Friend or Foe (IFF).
Boeing bertanggung jawab untuk perangkat lunak misi dan integrasi avionik. Pesawat ini memiliki inertial reference giroskop laser Northrop Grumman (dahulu Litton) LTN-100G, global positioning system dan sistem pendaratan microwave.
Mesin
F-22 ini didukung oleh dua mesin Pratt dan Whitney F119-100. F119-100 adalah bypass rendah setelah pembakaran mesin turbofan menyediakan daya dorong 156 kN. F119 adalah mesin pesawat tempur pertama yang dilengkapi dengan bilah kias chord berongga lebar yang dipasang di tahap pertama.
Thrust vectoring dikendalikan oleh Hamilton Standard dual redundant full authority digital engine control (FADEC). FADEC terintegrasi dengan komputer kontrol penerbangan di sistem manajemen kendaraan BAE Systems.
F-22 RAPTOR |
Supercruise
Yaitu kemampuan untuk terbang di atas Mach 1 tanpa menggunakan afterburner. Sebagian besar pesawat tempur tetap di bawah Mach 1 untuk sebagian besar jam terbang mereka - termasuk dalam pertempuran - karena memperhitungkan berapa banyak bahan bakar yang akan dikonsumsi. 2 mesin Raptor Pratt & Whitney F119 menawarkan daya dorong, memberikan kemampuan jelajah F-22 dengan kecepatan Mach 1.5 + tanpa menggunakan afterburner yang banyak mengkonsumsi bahan bakar.
Keuntungan termasuk rudal dan bom yang terbang jauh ketika diluncurkan pada kecepatan supersonik, patroli udara , juga kemampuan untuk terlibat dan melepaskan dengan lebih mudah terhadap pesawat tempur musuh non-supercruising, dan memberi hanya sedikit waktu bagi musuh atau target untuk membela diri atau mendeteksi F-22. Ketika rudal F-22 dikombinasikan dengan kemampuan supercruise tersebut itu menjadi sangat sulit bagi musuh untuk melindungi aset mereka bernilai tinggi seperti pesawat udara AWACS dan kapal tanker udara.
Untuk saat ini, F-22 adalah satu-satunya pesawat operasional yang mampu konsisten dengan supercruise sambil membawa beban penuh senjata. Eurofighter Typhoon merupakan saingan terdekat, tampil di Mach 1,2 ketika terbang di ketinggian 40.000 kaki, dan dipersenjatai dengan hanya 4 MRAAM di bawah bodi dan 2 ujung sayap rudal SRAAM. Setelah pesawat tempur seperti T50/PAK-FA Rusia-India masuk masa kedinasan, dan pesawat tempur generasi 4 + mendapatkan update yang besar, akan lebih mungkin mampu menjadi pesawat tempur supercruise taktis.
Spesifikasi (F-22 Raptor)
(Data dari USAF, situs Tim F-22 Raptor, dan Aviation Week & Space Technology}
Ciri-ciri umum
Kru: 1
Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
Rentang sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
Luas sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
Berat isi: 55.352 lb (25.107 kg)
Berat maksimum saat lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
Mesin: 2 × Pratt & Whitney F119-PW-100 pitch Turbofan pengarah daya dorong , masing-masing 35.000 lb (155,7 kN)
Kinerja
Laju maksimum: ˜Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi
Laju jelajah: Mach 1,72[18] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
Jangkauan feri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
Langit-langit batas: 65.000 kaki (19.812 m)
Laju tanjak: rahasia (tidak diketahui umum)
Beban sayap: 66 lb/kaki² (322 kg/m²)
Dorongan/berat: 1,26
Maximum g-load: -3/+9 g
Persenjataan
Meriam: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
Udara ke udara:
6× AIM-120 AMRAAM
2× AIM-9 Sidewinder
Udara ke darat:
2× AIM-120 AMRAAM dan
2× AIM-9 Sidewinder dan salah satu:
2× 1.000 lb JDAM atau
2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb
Avionik
Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)
Tipe Pesawat tempur siluman
Produsen
- Lockheed Martin Aeronautics
- Boeing Integrated Defense Systems
Terbang perdana 19 November 1990
Diperkenalkan 15 Desember 2005
Status Aktif
Pengguna utama Amerika Serikat
Harga satuan US$120 juta (2006)
Varian
- X-44 MANTA
- FB-22
Sumber :
- en.wikipedia.org
- globalsecurity.org
- theaviationist.com
- youtube.com
- usaf.com
- windows10free.org
- bloomberg.com
- flyawaysimulation.com
- military.com
- af.mil
- historyinorbit.com
Like the Post? Share with your Friends:-
0 comments:
POST A COMMENT