|
Me-109 / Bf-109 |
Messerschmitt BF-109 atau sering juga disebut dengan
Me-109 sudah dirancang oleh
Luftwaffe (
Angkatan Udara Jerman) jauh sebelum terjadinya PD II, dimulai dari ketia pada tahun 1930 pemerintah Jerman memanggil
Messerschmitt serta beberapaindustri pesawat tempur yang lain seperti
Focke Wulf,
Heinkel dan
Arado untuk membuat pesawat yang canggih untuk ukuran masa itu serta lebih handal dibandingkan pesawat yang
sebelumnya,
Bf-108. Dari beberapa pabrikan yang dipanggil, hanya Heinkel yang mengirimkan rancangannya yang diberi kode
He-112, dan pemerintah Jerman pun segera memerintahkan untuk membuat 10 unit prototypenya. Dan karena rancangan
Willy Messerschmitt dan Robert Lusser juga menarik hati para petinggi
Luftwaffe, maka pabrikan
Messerschmitt mendapat jatah untuk memproduksi prototype
Bf-109 berawak satu orang pilot.
Saat itu Jerman telah mengalami kekalahan dalam PD I dan terikat dengan traktat perjanjian Versailles. Salah satu poin dalam perjanjian itu adalah bahwa Jerman tidak boleh memiliki dan memproduksi tank, pesawat dan senjata berat lainnya, maka Jerman mensiasati dengan memproduksi Bf-109 secara massal di Spanyol, dan pengadaan mesinnya menggunakan mesin
Rolls Roice buatan Inggris. Semua itu dilakukan dengan diam-diam.
|
Me-109 / Bf-109 |
Prototype Bf-109 yang pertama ditenagai mesin
Rolls Rpice type Kestrel 610 tenaga kuda. Prototype ini yang mendarat di
Ausburg dari tempat produksinya di Spanyol pada September 1935. Saat telah diproduksi secara massal, mesin pesawat diganti dengan mesin buatan dalam negeri, yaitu buatan
Junker Jumo 210A berkekuatan610 tenaga kuda, tetapi setelah dipasangi senjata, tenaganya malah merosot, sehingga mesinnya diganti dengan mesin
Junker Jumo 210D.
Pada varian selanjutnya,
Bf-109B2, menggunakan baling-baling berbahan metal, yang otomatis menambah bobot pesawat, sehingga mesin diganti lagi dengan
Jumo 210G 500kW. Total prototype yang diproduksi mencapai belasan unit, sehingga dikalangan penerbagng Luftwaffe ada joke yang mengatakan bahwa Jerman bisa bertempur dengan prototipe saja, karena jumlahnya sudah memenuhi armada satu skuadron. Dan memang Luftwaffe membuat satu skuadron yang berisi prototype Bf-109 diberi nama
JG 132 Richtofenan.
Pada saat terjadi perang saudara di Spanyol tahun 1936-1939, Luftwaffe diam-diam mengirimkan tiga unit Bf-109 ke medan tempur. Bantuan Luftwaffe ini adalah syarat yang diajukan pemerintah Spanyol yang saat itu dipimpin oleh
Jenderal Francisco Franco, saat mengijinkan produksi
Bf-109 di wilayahnya. Para pilot sukarelawan yang diirim ke Spanyol tersebut dikenal sebagai
Legiun Condor. Melihat kemampuan pesawat tersebut, pemerintah Jerman makin yakin untuk mengembangkannya, pemerintah Spanyol juga tertarik untuk memesan Bf-109, bahkan pemerintah Swiss belakangan juga mengoperasikan sekitar 80 unit Bf-109.
Keunggulan Bf-109 makin dikenal saat saat berlangsung flying meeting di Zurich pada musim panas 1937, ketika Bf-109 didaulat untuk melakukan aerobatik diatas para pengunjung, yang tidak hanya sekedar manuver, tetapi juga dilombakan, dan dalam penampilan perdananya tersebut berhasil menyabet juara di beberapa nomor, misalnya terbang tim, kecepatan terbang dan terbang menanjak serta menukik. Penampilan Bf-109 tersebut membuat para penonton termasuk petinggi Luftwaffe terheran-heran dan kagum, dan ternyata para insinyur telah menggantinya dengan mesin terbaru buatan
Daimler Benz yang berkekuatan sekitar 900 tenaga kuda. Di kemudian hari, mesin ini yang ditetapkan sebagai mesin standar Bf-109.
|
Me-109 / Bf-109 |
Pada April 1939, pilot uji Bf-109 mampu menggeber pesawat tersebut hingga mencapai kecepatan 755,13 km/ jam. Dan untuk memenuhi tuntutan produksi yang tinggi, pemerintah Jerman menyebar produksi pesawat ke beberapa pabrikan pesawat Jerman, antara lain
Erla,
Arado,
Fieseler dan
Focke Wulf.Sampai akhir 1939, varian yang siap digunakan ole Luftwaffe untuk bertempur adalah varian E yang telah dilengkapi dengan dua senapan mesin
MG 17 kaliber 7,9 milimeter pada masing-masing sayap. Varian yang memiliki nama lain Emil ini ditingkatkan lagi dengan sepucuk kanon
MG FF kaliber 20 milimeter ditengah baling-balingnya, dan sayangnya saat memasuki dekade 1940an produksinya sempat tewrhambat karena
Arado dan
Focke Wuff mundur dari jajaran sub-kontraktor.
|
Me-109 / Bf-109 |
Saat PD II meletus pada tahun 1939, pesawat Bf-109 mengundang rasa penasaran pihak sekutu, aksi pesawat ini dimulai sejak pasukan
Nazi menyerbu
Polandia, tidak kurang dari 300an unit Bf-109 dikerahkan. Merasa puas dengan aksi di Polandia, Luftwaffe meminta produksi pesawat tersebut ditingkatkan dari 140 unit menjadi 156 unit perbulan untuk dikerahkan dalam medan tempur di Perancis.
|
Me-109 / Bf-109 |
Selama PD II,
Messerschmitt terus melakukan pengembangan, dan salah satunya menghasilkan varian
Bf-109G-I/Trop dengan dibekali persenjataan yang lebih mematikan, misal Senapan mesin 131 kaliber 13 milimeter dipasang ditengah propeler, juga kanon kaliber 20 milimeter yang diletakkan diatas mesin menjadikan Bf-109 sebagai mesin pembunuh pesawat pembom sekutu, bahkan sebagian varian tersebut juga telah diupgrade dengan lima kanon Rheinmetall Borsig MK 108.ang secara khusu digunakan untuk melakukan aksi dogfight dengan pesawat tempur musuh. Bf-109 dengan konfigurasi ini kemudian menjadi varian
Bf-109G-2. Varian G-2 ini benar-benar menjadi lawan yang menakutkan pada medan tempur Rusia, Perancis dan kawasan Mediterania karena selain memiliki kaliber besar, varian ini menggunakan mesin Daimler Benz yang lebih bertenaga berkekuatan 1.475 tenaga kuda, 500 tenaga kuda lebih besar daripada varian sebelumnya. Mesin 12 silinder ini sanggup digeber hingga 653 km/ jam dan mampu mencapai jarak 850 km dalam satu kali terbang. Messerschmitt juga menambah dengan senjata terbaru yaitu senapan kanon MG 151/ 20 kaliber 20 milimeter serta dua pucuk senapan mesin MG 17 kaliber 7,9 milimeter.
|
Bf-109G-6 / Me-109G-6 |
Pada pengembangan varian G-5, para insinyur tidak hanya mendesain ulang erangka pesawat, tetapi juga sekaligus memodifikasi senapan mesin MG 131 kaliber 13 milimeter sehingga mampu memuntahkan peluru lebih banyak dan lebih jauh dari bawaan pabrik. Pada Varian G-6, sepucuk kanon MG 151/20 kaliber 20 milimeter sudah mampu ditembakkan dari tengah baling-baling. Dua senjata lainnya, senapan mesin MG 17 kaliber 7,9 milimeter dengan 300 peluru diletakkan diatas mesin dan dua unit kanon MG 151 kaliber 20 milimeter berisi 120 peluru ditembakkan dari kedua
sayapnya.
|
Bf-109G-6 / Me-109G-6 |
Varian Bf-109G-6 kemudian ditugaskan untuk memburu pesawat pembom sekutu. Untuk mengimbangi pengembangan pesawat pembom yang cepat. Messerschmitt mengubah lagi senjata
Bf-109G-6 dengan menambahkan roket
Nebelwerfer 42 kaliber 21 centimeter, dan mendesain ulang airframe dengan bahan yang lebih ringan sehingga lebih mudah bermanuver menghindari berondongan senapan mesin di pesawat pembom sekutu. Masing-masing peluncur roket berisi lima pucuk roket dengan masing-masing memiliki hulu ledak
TNT seberat 10 kg, membuat pesawat pembom hancur jika terkena roket ini.
Varian pembawa roket diberi nama
Ofenrohr, juga memiliki beberapa kelemahan, yang paling utama adalah dalam soal kecepatan, sehingga bisa dengan mudah disergap oleh
Thunderbolt atau
Mustang.
Bf-109 varian
G-14 selain bertugas sebagai penyergap juga berfungsi sebagai fighter-bomber, di bawah badan pesawat ini mampu membawa berbagai macam bom seberat 250 kg, serta kokpit yang dimodifikasi supaya pilot memiliki pandangan yang lebih luas dan mudah mengincar target..
Sumber : - Majalah Angkasa
- en.wikipedia.org
Artikel yang bagus, boleh saya buat menjadi salah satu bahan referensi blog saya?
ReplyDeleteSilahkan bro.. dengan senang hati :) Semoga sukses.
Delete