Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) diberi nama Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). N219 Nurtanio dirancang khusus untuk menjelajahi pulau-pulau di Indonesia, dengan salah satu keunggulannya adalah pesawat N219 ini tidak memerlukan landasan yang terlalu panjang untuk terbang maupun mendarat. N-219 dikembangkan dari CASA C-212 Aviocar.
Dengan bodinya yang kecil, pesawat ini punya kapasitas besar serta mampu membawa beban hingga 2,3 ton. Ditambah lagi, ruangan di dalam kabin juga dibuat lebih tinggi dengan ketinggian 1,7cm. Dapur pacu Pesawat N219 buatan Bandung ini dilengkapi dengan dua mesin Pratt & Whitney
Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP dan dilengkapi dengan Hartzell 4-Blade Metal Propeller yang membuatnya memiliki bobot 7.030 kg, memiliki kecepatan maksimum mencapai 210 knot, dan kecepatan terendah mencapai 59 knot. Artinya kecepatan cukup rendah namun pesawat masih bisa terkontrol, ini penting terutama saat memasuki wilayah tebing dan pegunungan.
N219 dibekali dengan teknologi avionik yang lebih modern dan banyak digunakan di pasaran seperti Garmin G-1000 dengan Flight Management System yang di dalamnya sudah terdapat Global Positioning System (GPS). Selain itu, N219 juga dilengkapi dengan sistem autopilot serta Terrain Awareness and Warning System, yaitu alat yang mendeteksi bahwa pesawat ini sedang menuju kepada atau mendekati wilayah perbukitan. Sistem pesawat akan memberikan tanda, visualisasi secara tiga dimensi sehingga pilot bisa melihat secara langsung kondisi perbukitan yang akan dilaluinya.
Selain itu, N219 Nurtanio dilengkapi pula dengan teknologi Multihop Capability Fuel Tank, yakni teknologi yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya.
N219 Nurtanio mampu menjangkau jarak antara 600-700 km, sehingga cocok untuk menghubungkan antarkota di wilayah terpencil seperti Papua.
Pesawat N219 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang sipil dengan kapasitas sekitar 19 penumpang dalam sekali penerbangan, angkutan militer, angkutan barang atau kargo, evakuasi medis, hingga bantuan saat bencana alam. Dengan kelebihan tersebut, pesawat ini juga lebih murah dibandingkan pesawat sejenisnya, yaitu Twin Otter.
Pesawat N219 Nurtanio baru uji terbang delapan kali dengan total durasi penerbangan 8,5 jam. Untuk mendapatkan sertifikasi pesawat komersial, diperlukan waktu terbang hingga 350 jam. Sertifikasi dari luar negeri akan diupayakan nanti dengan bantuan EADS CASA.
General characteristics
Crew: 2
Capacity: 19 passengers
Length: 54 ft 1 in (16.49 m)
Wingspan: 64 ft 0 in (19.5 m)
Height: 20 ft 3 in (6.18 m)
Empty weight: 9,500 lb (4,309 kg)
Max takeoff weight: 15,498 lb (7,030 kg)
Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-42 turboprop engines, 850 shp (630 kW) each
Propellers: 4-bladed Hartzell Propeller
Performance
Cruise speed: 210 kn (242 mph; 389 km/h)
Stall speed: 59 kn (68 mph; 109 km/h)
Range: 840 nmi (967 mi; 1,556 km)
Service ceiling: 10,000 ft (3,000 m) operating altitude, max altitude 24,000 feet (7,315 m)
Rate of climb: 1,938 ft/min (9.85 m/s)
(Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_Aerospace_N-219)
Dengan bodinya yang kecil, pesawat ini punya kapasitas besar serta mampu membawa beban hingga 2,3 ton. Ditambah lagi, ruangan di dalam kabin juga dibuat lebih tinggi dengan ketinggian 1,7cm. Dapur pacu Pesawat N219 buatan Bandung ini dilengkapi dengan dua mesin Pratt & Whitney
Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP dan dilengkapi dengan Hartzell 4-Blade Metal Propeller yang membuatnya memiliki bobot 7.030 kg, memiliki kecepatan maksimum mencapai 210 knot, dan kecepatan terendah mencapai 59 knot. Artinya kecepatan cukup rendah namun pesawat masih bisa terkontrol, ini penting terutama saat memasuki wilayah tebing dan pegunungan.
N219 dibekali dengan teknologi avionik yang lebih modern dan banyak digunakan di pasaran seperti Garmin G-1000 dengan Flight Management System yang di dalamnya sudah terdapat Global Positioning System (GPS). Selain itu, N219 juga dilengkapi dengan sistem autopilot serta Terrain Awareness and Warning System, yaitu alat yang mendeteksi bahwa pesawat ini sedang menuju kepada atau mendekati wilayah perbukitan. Sistem pesawat akan memberikan tanda, visualisasi secara tiga dimensi sehingga pilot bisa melihat secara langsung kondisi perbukitan yang akan dilaluinya.
Selain itu, N219 Nurtanio dilengkapi pula dengan teknologi Multihop Capability Fuel Tank, yakni teknologi yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya.
N219 Nurtanio mampu menjangkau jarak antara 600-700 km, sehingga cocok untuk menghubungkan antarkota di wilayah terpencil seperti Papua.
Pesawat N219 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang sipil dengan kapasitas sekitar 19 penumpang dalam sekali penerbangan, angkutan militer, angkutan barang atau kargo, evakuasi medis, hingga bantuan saat bencana alam. Dengan kelebihan tersebut, pesawat ini juga lebih murah dibandingkan pesawat sejenisnya, yaitu Twin Otter.
Pesawat N219 Nurtanio baru uji terbang delapan kali dengan total durasi penerbangan 8,5 jam. Untuk mendapatkan sertifikasi pesawat komersial, diperlukan waktu terbang hingga 350 jam. Sertifikasi dari luar negeri akan diupayakan nanti dengan bantuan EADS CASA.
General characteristics
Crew: 2
Capacity: 19 passengers
Length: 54 ft 1 in (16.49 m)
Wingspan: 64 ft 0 in (19.5 m)
Height: 20 ft 3 in (6.18 m)
Empty weight: 9,500 lb (4,309 kg)
Max takeoff weight: 15,498 lb (7,030 kg)
Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-42 turboprop engines, 850 shp (630 kW) each
Propellers: 4-bladed Hartzell Propeller
Performance
Cruise speed: 210 kn (242 mph; 389 km/h)
Stall speed: 59 kn (68 mph; 109 km/h)
Range: 840 nmi (967 mi; 1,556 km)
Service ceiling: 10,000 ft (3,000 m) operating altitude, max altitude 24,000 feet (7,315 m)
Rate of climb: 1,938 ft/min (9.85 m/s)
(Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_Aerospace_N-219)
Like the Post? Share with your Friends:-
0 comments:
POST A COMMENT